Desember 14, 2011

Murid yang Hidupnya Sepadan dengan Allah


           Kita harus selalu ingat, bahwa Allah tidak asal saja mencari orang, ttetapi Ia mencari orang-orang yang sepadan; Ia bukan asal mencari murid, melainkan mencari murid-murid sepadan. Sebagai contoh, ketika Allah hendak menunjukkan siapakah Dia kepada manusia. Yesus Kristus sepadan dengan kepribadian Allah. Bukankah demikian kata-Nya kepada Filipus? “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9)
  Kesepadanan adalah cara Allah menggunakan kehidupan seseorang untuk menjelaskan suatu prinsip atau kebenaran. Dalam Alkitab tidak terdapat pedoman tentang iman. Namun Alkitab menceritakan tentang Habel, Henokh, Nuh, dan Abraham untuk menunjukkan apa yang dimaksudnkan dengan iman itu, melalui cara hidup mereka. Ibrani 11 dengan mudah disebut sebagai “kesepadanan iman”. Ketika Allah ingin menunjukkan betapa besar kasih-Nya kepada kita, Ia membuat padanannya melalui kematian Anak-Nya di Golgota.
    Sebagai pengikut Kristus, kita diharapkan untuk menunjukkan pada dunia hidup yang sepadan dengan Injil. Paulus mendesak, “Hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus” (Flp. 1:27). Injil sebenarnya terdiri dari kumpulan kata, istilah, dan ungkapan saja, yang semuanya sukar dimengerti kecuali jika dijelaskan melalui hidup seseorang. Melalui hidup kita, orang yang belum diselamatkan seharusnya dapat segera melihat hubungan antara siapa kita dan apa yang dinyatakan dalam Injil.      

Dosa Ketidaksabaran

     Kita harus waspada terhadap dosa ketidaksabaran. Kesalahan besar yang dilakukan oleh anak yg hilang (Luk. 15:11-32)  bukanlah permintaan, “Berilah aku”, melainkan ketidaksabarannya yang membuat dia menginginkan bagian yang kelak akan jadi miliknya, “Berilah aku sekarang!” Ia tidak dapat menunggu waktu yang ditentukan bapanya, rencana bapanya; ia menentukan waktunya sendiri dan waktu itu sekarangjuga!                                                                                       
   Ketidaksabaran berarti merampas maksud Allah dan menggantikanya dengan maksudku sendiri. Allah sudah menjanjikan kekuatan-Nya kepada kita pada setiap tugas, dan ini berarti kita tidak dapat menerima pertolongan itu sampai tiba waktu Allah untuk bertindak. Bila kita dengan tidak sabar mempercepat tindakan tersebut menurut kehendak kita sendiri, bukan sumber daya Allah. Karena ketidaksabaran kita, kita melucuti diri kita sendiri dihadapan musuh, yaitu iblis. 
      Ketidaksabaran memberitahukan kepada Allah tentang apa yang penting, dan itu adalah kesalahan yang patut disesali. Allah akan bertindak apabila maksud-Nya sudah matang dan waktunya sudah tiba, bukan sebelumnya. Kita tidak dapat merampas kesempatan yang masih belum matang, sebab dengan cara itu kita mempermalukan Allah dan menghancurkan harapan kita sendiri. Kita hanya dapat menunggu dan membiarkan Dia “menunjukkan kasih-Nya” kepada kita (Yes. 30:18).