Banyak orang sangat sulit untuk menerima keadaan yang tidak mereka harapkan. Mereka selalu mengharapkan segala sesuatu berjalan sesuai dengan keinginan mereka. Ada keluarga yang memiliki seorang anak yang sehat tetapi tidak kemmbali ke rumah karena mengalami kecelakaan di jalan dan menewaskannya. Selain itu, ada seorang ibu yang melahirkan anak yang cacat dan akan bertanya, “Mengapa saya?”
Segala peristiwa yang tidak masuk dalam pikiran mereka ini, akan terus di pikirkan bahkan pikiran mereka akan mengarang sebuah cerita versi mereka sendiri. Pertanyaan pertama adalah “Mengapa saya?” Kenapa saya mengalaminya? Padahal hidup saya sudah benar menuruti segala perintah Tuhan. Tuhan berkata, “Pikiran-Ku bukanlah pikirnamu.” Ada perbedaan jauh antara pikiran manusia dan Tuhan.
Jika emosi kita lagi kurang baik dan pikiran kita lagi kacau, mengapa kita tidak mencari Sang Sumber Kasih (Tuhan)? Itulah manusia. Justru pada saat tantangan datang dan memerlukan pertolongan, yang di lakukan pertama kali adalah sumber yang negatif (minum, pesta pora, dll.) dan membiarkan perasaan menjadi kacau balau, emosi, ketidakberdayaan, kesedihan dan tidak mencari Tuhan.
Kita harus menerima setiap keadaan, karena setiap keadaan, adalah maksud Tuhan dalam kehidupan kita. Ini dulu yang perlu kita terima sebagai fakta dan membawanya dalam doa. Kita perlu mengucap yukur dan berhenti menyalahkan diri. Jika kita berhenti menyalahkan diri, mengkritik diri, mengobati perasaan luka dan menurunkan amarah kita, maka kita akan bebas untuk memaafkan diri, menerima keadaan dan mengucap syukur.
Kalau kita belajar mengucap syukur untuk segala keadaan yang kitaalami, kita akan memperbaiki sikap kita untuk seluruh hari. Sikap mengucap syukur membuat hari kita lebih baik. Kita menjadi lebih berenergi, merasa diberkati dan membuat kita lebih sabar, mengerti dan gembira. Pengucapan syukur itu timbul secara otomatis, karena merasa Tuhan selalu memberi perlindungan.
Kita sering menuntut banyak dari orang lain, lebih daripada yang kita dapat berikan pada orang lain. Kalau kita sadar bahwa orang lain dapat berubuat salah dan kita mengangap mereka juiga manusia biasa, kita dapat memaafkannya. Dalam kondisi ketika kita bertanya “Mengapa saya”, kita juga perlu memaafkan diri kita sendiri dan berhenti menyalahkan diri. Mari kita belajar memaafkan orang lain. Bagikan kasih kepada orang lain. Inisiatif harus datang dari kita, maka percaya atau tidak, hidup kita akan berubah.