Mei 29, 2011

Assurance of God's Love


The Lord is my light and my salvation; whom shall I fear?
–Psalm 27:1
Today many people are living in the bondage of fear. In a recent study a psychiatrist said that the greatest problem facing his patients was fear. Fear of going insane, committing suicide, being alone, or fear of heart disease, cancer, disaster, or death. We are becoming a nation of fearful people. Down through the centuries in times of trouble, temptation, trial, bereavement, and crisis, God has brought courage to the hearts of those who love Him. The Bible is crowded with assurances of God’s help and comfort in every kind of trouble which might cause fears to arise in the human heart. Today the Christian can come to the Scriptures with full assurance that God is going to deliver the person who puts his trust and confidence in God. Christians can look into the future with promise, hope, and joy, and without fear, discouragement, or despondency.

The Pursuit of Holiness

“The pursuit of happiness” is certainly our heart’s default position. Every day we, by nature, want to experience feelings of pleasure, gladness and enjoyment. Unfortunately, at the present time, we live in a corrupted world, encased in corrupted bodies, pitted against a very powerful corrupted enemy who is bent on luring us with “harmful desires that plunge people into ruin and destruction” (1 Timothy 6:9). If we thoughtlessly follow our natural appetites we will undoubtedly fall into a snare which will lead to multiplied pain and misery (Proverbs 7:21-27). While Christians should obviously value happiness and pleasure, we must recognize that most of it will need to be deferred to a more appropriate time and place. For now, the focus of our daily pursuit must be holiness not happiness. We should wake up each morning and say, “how can I be more holy today?” instead of asking “what can I do today that will make me happy?” This should also be our hope and prayer for others. We would be wise to say, “I want my kids to grow up to be holy” instead of saying “I just want them to be happy”. “The pursuit of holiness” ought to be our Christian “Declaration” and resolve. So let’s consciously recalibrate and pursue holiness this week.

Mei 19, 2011

Sudahkah Kita Berubah?



  Banyak alasan mengapa seseorang menjadi Kristiani. Ada yang karena keturunan, ada yang karena sering datang kepersekutuan, ada yang hanya KTP. Kekristenan bukan sekedar nama atau bukan sekedar percaya Yesus, lalu selesai sampai disitu. Menjadi Kristian berarti berubah. Ada tiga hal yang diajarkan Tuhan agar kita berubah:
  1. Tinggal dalam Firman Allah, artinya siap untuk dibersihkan dan masuk dalam proses pembentukan. Terkadang Tuhan ijinkan penderitaan dan kepahitan terjadi dalam hidup kita. Banyak karakter dan sikap hidup yang harus dihilangjan agar kita dapat dipakai-Nya. Dengan tinggal diam di dalam firman-Nya. Kita belajar mengerti kehendak-Nya, bukannya hidup memuaskan kedagingan kita.
   2. Beriman dan yakin pada Allah, artinya memilih percaya penuh pada Allah dalam kondisi apapun sehingga kita mampu melewati badai seberat apapun juga
   3. Menghasilkan buah. Buah adalah bagaian yang dapat dinikmati. Berbuah tetap adalah perintah Yesus sendiri. Seseorang yang berbuah lebat dapat terlihat memancarkan kemuliaan Tuhan, sehingga orang lain diberkati lewat hidup kita dan menyadari bahwa kita adalah rekan sekerja Allah di dunia ini.

  Sahabat, janji Tuhan “Ya dan Amien” bagi setiap jiwa yang berbuah. Persoalannya sekarang adalah “Sudahkah kita berubah?”

Mei 18, 2011

Roh yang Luar Biasa


“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” – 2 Timotius 1:7
    Pernahkah Anda merasa takut? Kita semua pasti pernah merasa takut. Takut pada apa? Takut pada hal-hal yang belum tentu terjadi. Misalnya, begitu takut atau kuatir bagaimana kita menghadapi anak-anak kita saat mereka remaja kelak. Sebab begitu banyak remaja yang terjerumus pada pergaulan yang tidak benar. Lalu, ketakutan bagaimana biaya anak-anak sekolah kelak? Apakah bisa membiayai mereka? Adapula rasa ketakutan dalam bersaksi dan memberitahukan kebenaran, berbagai macam ketakutan lainnya, dan masih banyak lagi ketakutan yang sesungguhnya tidak nyata. 
   Ketakutan yang muncul seperti itu membuat kita sering bertindak diluar batas kebenaran. Kita akan memprotelsi diri dengan kemampuan kita sendiri, untuk menghadapi hal yang belum tentu terjadi. Ternyata ketakutan seperti itu justru berasal dari iblis yang membuat kita menjadi ragu pada kuasa Yesus, menjadi merasa tidak mampu meghadapi keadaan. Kelemahan justru diawali dengan rasa takut. Padahal sesungguhnya sebagai anak Tuhan, kita memiliki Roh yang dapat membangkitkan kekatan, Roh yang membuat kita dapat menghadapi keadaan. Oleh karena kta memiliki Roh Tuhan yang selalu mendampingi, tetapi perlu diingat, bahwa kekuatan itu dapat kita miliki tidak dengan cara yang sembarangan. Kita harus memiliki ketertiban. Tertib dalam melakukan ketetapan-ketetapan dan aturan-aturan yang Yesus berikan. Sebagai contoh, tertib untuk terus berdoa dan bersekutu dengan Tuhan dll. Tertib berarti taat. Jika kita tertib lalu lintas, berarti kita akan taat pada rambu-rambu yang berlaku. Demikian juga tertib dalam kerohanian, berarti taat pada Yesus Kristus.
   Jangan berharap akan mendapat kekuatan jika hidup kita tidak tertib atau tidak taat. Roh yang diberikanNya adalah Roh yang tertib. Jadi jika kita memiliki roh yang tidak tertib atau taat. Itu bukan berasal daripadaNya. Ketidaktaatan kita akan berdampak pada kekuatiran atau ketakutan dan akhirnya melelahkan iman. Jika sudah lemah maka kita akan terjatuh. Roh yangdiberikanNya adalah Roh yang luar biasa dan mendidik kita dalam ketaatan dan ketertiban dan membuat kita kuat dan berani menghadapi segala keadaan. 


Apakah Hanya Pesta, Lalu Selesai?


   Pada bulan Desember, umat Kristiani merayakan natal di mana-mana. Tidak ada yang terkecuali, semua bertujuan sama, bergembira memperingati hari kelahiran juru selamat. Yang berbeda hanya cara merayakannya saja. Ada yang sederhana sampai yang mewah. Juru selamat, yaitu Yesus Kristus, lahir ke dunia tidak sama dengan kelahiran anak manusia biasa. Ia memiliki tujuan yang jelas.Kristua sengaja menjelma menjadi manusia unyuk menyelamatkan kita. Sayang sekali jika natal disamakan dengan memperingati kelahiran anak-anak kita dengan mengutamakan pestanya saja. 
   Orang yang hanya tertarik pada bintang tamunya, atau pembircara ternamanya saja tidak salah jika mengadakan perayaan. Tetapi jangan kita melupakan makna yang sebenarnya bahwa Yesus lahir ke dunia untuk menyelamatkan kita. Jadi apa yang kita persembahkan untuk Dia. Apakah hanya perayaan mewah, bergembira, pulang dengan lelah, berkesan dengan sajian hiburan dan bintang tamunya, lalu hilang maknanya begitu saja? Orang Majus dari timur datang melihat bayi Yesus dan mereka mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan Yesus. Apa yang terbaik dari kita yang kita punya saat ini? Harta? Yesus tidak membutuhkan harta kita. Persembahkanlah buah pertobatan yang benar, bukan hanya bertobat dan lahir baru, lalu biasa-biasa saja. Persembahkanlah pola hidup yang benar setiap hari, persembahkan waktu yang kita miliki untuk kemulian-Nya dengan mempersembahkan pelayanan yang lebih baik lagi dan melayani Dia dengan lebih sungguh lagi. Merayakan kelahiran juru selamat, berarti mengingatkan kita untuk mengerti makna lahir kembali dalam Kristus, mengisi setiap lembaran hidup kita untuk berkarya dan memuliakan namaNya. Semakin kita memperbaiki setiap aspek kehidupan kita hanya untuk menyenangkan dan memuaskan hatiNya. 
   Kristus lahir bukan seperti manusia biasa. Ia sangat sederhana namun memiliki tujuan jelas dan mulia untuk kita. Kado apa yang kita akan persembahkan dari kehidupan kerohanian kita pada Kristus? Apakah hanya sekedar pesta, lalu usai dalam kelelahan dan kepuasan manusia-manusia tetapi tidak menyenangkan hati Tuhan?

Apakah Anda Pribadi yang Tuhan Cari?


“Usahakanlah kesejahteraan kota kemana Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraanNya adalah kesejakheraanmu” Yeremia 29:7

   Hari demi hari, jika kita melihat berita yang ditayangkan diberbagai media, kondisi Indonesia semakin tidak menentu. Bencana alam tidak henti-hentinya mendera. Gempa bumi, gunung meletus, banjir dan lain sebagainya. Tidak berhenti disana, masyarakat sepertinya dengan mudah terprovokasi sehingga muncul berbagai kericuhan diberbagai wilayah negeri ini. 
   Banyak orang di luar sana sedang mencari sebuah harapan, mereka bertanya akankah Indonesia menjadi lebih baik? Namun tidak seorang pun bisa menjawab. Apakah Anda mau menjawab pertanyaan mereka? Tetapi ada beberapa orang hamba dan anak-Nya Tuhan telah menyatakan jawabannya atas Indonesia yang memang benar bahwa sampai tahun 2011 pun Ia menyatakan bahwa “Indonesia masih akan tetap menangis”. Saat ini Tuhan sedang mencari sesorang yang mau mempertahankan negeri ini dihadapan-Nya, sama seperti yang diungkapkan-Nya pada Yehezkiel, “Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu dihadapan-Ku, supaya jangan Ku musnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya.” (Yehez. 22:30). Jika di zaman Yehezkiel Tuhan tidak menemukan, padahal Dia mencari “seseorang”, maka hari ini mari berikan diri kita sehingga Tuhan tidak hanya menemukan satu orang saja, namun sebuah generasi yang mau mempertahankan bangsa ini dihadapan Tuhan agar bangsa ini diselamatkan. 
   Mari kita berhenti sejenak dari fokus kepada diri sendiri, dan mengizinkan Tuhan untuk menaruh beban atas bangsa Indonesia dalam hati kita. Mari berdoa bagu pemulihan Indonesia dan lepaskan perkataan damai sejahtera atas bangsa ini, serta erseru dan merendahkan diri dihadapan Tuhan untuk memohon oengampunan atas dosa-dosa negeri ini, seperti yang Nehemia lakukan ketika Ia mendengar keadaan negerinya yang porak=poranda (Nehemia 1:4). Tuhan sedang mencari seseorang yang mau mempertahankan negeri ini dihadapannya.

Mei 16, 2011

Kesepakatan


   Kesepakatan terjadi antara dua orang atau lebih yang setuju, sepaham, sejalan akan sebuah hal. Ada dua jenis kesepakatan: kesepakatan dalam hal yang baik dan kesepakatan dalam hal yang tidak baik. Banyak hal terjadi dalam kehidupan kita ini dimana keadaan menghadapkan kita untuk bersepakat dalam hal yang menyimpang dari kehendak Allah. Disebabkan beberapa faktor seperti:

  • ·      Hubungan suami istri
  • ·      Hubungan kekerabatan
  • ·      Hubungan orangtua dan anak
  • ·      Hubungan persahabatan
  • ·      Rasa cinta yang berlebihan

   Sebagai orang percaya, kita dihadapkan pada pilihan yang sudah jelas. Tidak bersepakat dengan orang yang merencanakan kejahatan. Bahkan kita harus berani meluruskannya, sebab ada tanggung jawab di pundak kita (Yehez. 3:18-19). Banyak cara dapat kita tempuh dalam meluruskan sikap dan rencana yang salah tersebut. Nasehat yang lemah lembut, teladan yang nyata, doa dan ketegasan, yang semuanya berpedoman kebenaran firman Tuhan. Perkenanan dari Tuhan jauh lebih penting dari pada perkenanan manusia. Memang jika kita tidak sependapat dengan mereka yang harus diluruskan, akan terjadi jarak yang nyata. Karena orang yang tidak sejalan dengan kebenaran akan menganggap kita seterunya.
   Mungkin suasana kita akan menjadi tidak nyaman. Tetapi ini harus kita hadapi. Teguh berpegang pada jalan kebenaran Tuhan, sebab Dia yang menjadi sumber kehidupan kita. Jangan pernah gentar, Tuham akan menolong, meneguhkan hati kita dan membukakan jalan keluar dari pergumulan kita tersebut. Berdoalah terus bagi mereka yang sulit untuk diluruskan. Percayalah, Tuhan punya kuasa untuk mengubahkan! Ingatlah, jangan pernah bersepakat dengan apapun jenisnya dan siapapun yang mengajak bersepakat. 

Mei 08, 2011

Credibility


“Do not believe me unless I do what my father does. But if I do it, even though you do not believe me, believe in miracles.”
John 10:37-38
From the Father’s Heart
My child, examine My words. Test My promises. Read of My miracles. Then ask, believing I will answer. I have no agenda except what My father has written for Me. If I acted on My own, there would be no credibility to My character. But My authority and My assignment comes from above. Believe in Me because He sent Me.
A Grateful Response
Who in their right mind could deny Your power? Who could witness Your work and not believe? You have credibility, not because we say so, but because You mirror Your heavenly Father. You love as He loves, heal as He heals, forgive as He forgives. Lord, I don’t need a miracle to know You are real.

Simple Truth
Some people refuse to believe unless they see, and some refuse to see even when they do believe.



Doa Melepaskan Kuasa Allah

   Seberapa sering Anda mendengar sesorang berkata, “Yang dapat kulakukan hanyalah berdoa”? Anda pun dapat berkata kepada orang yang kelaparan,”Yang dapat kulakukan hanyalah memberimu makanan,” atau kepada orang sakit, “Yang dapat kulakukan hanyalah memberimu obat yang akan menyembuhkanmu,” atau kepada seorang anak miskin, “Yang dapat kulakukan adalah membelikanmu mainan yang paling kau inginkan untuk hari ulang tahunmu.” 
   Doa membuka pintu-pintu surga dan melepaskan kuasa Allah. Yakobus 4:2 berkata, “Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.” Alkitab berkata, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Filipi 4:6).
   Ini berlaku bukan hanya untuk kebutuhan kita, melainkan juga untuk kebutuhan orang lain. Sering kali doa-doa kita hanya berfokus pada diri sendiri. Tetapi Allah ingin memaikai kita, lewat doa-doa kita, juga untuk menyentuh kehidupan orang lain. Untuk siapa seharusnya Anda berdoa hari ini?

How should I respond to God's testing?


“There the LORD made a decree and a law for them, and there he tested them. He said, "If you listen carefully to the voice of the LORD your God and do what is right in his eyes, if you pay attention to his commands and keep all his decrees, I will not bring on you any of the diseases I brought on the Egyptians, for I am the LORD, who heals you.”
Exodus 15:25b-26

The people were thirsty and had come to a place of bitter water. It would have taken an entire lake to give that many people and their herds a drink. They asked if God was able to provide their needs. The Psalmist said they were testing God (Psalm 78:19). Both in the verse for today and in the next chapter, when they demand food, God turned it around and said the test is not if He was able to provide, but it is if they are able to obey. That is still the test. God provides food for every living thing in the world daily. Most starvation is due to wars that do not allow food to enter into areas where there is need. Man gets in the way and will be held accountable. But the point God is making is that if we are listening and obeying His directions, He will provide our needs.
In that day, God gave them health laws that if followed carefully would prevent much of the diseases they witnessed in Egypt. Today we are no longer under those laws but are to be led by the Holy Spirit. If we will listen and obey, we will not need affliction to help turn our ear toward God for our good. When God gave instructions for the collection of manna, He again says it is to test them to see if they can learn to obey. When we operate in a dependency on God, we will always have enough. It is when we go our own way that we find we are in need, because our own ways are not blessed. The test is for us, not God.
Consider: How should I respond to God's testing?