April 30, 2011

Menanggalkan Keinginan

"Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu."
1 Yohanes  2:15
Banyak orang Kristen terus mengembangkan berbagai keinginan dalam dirinya, yang pada dasarnya merupakan keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Mereka mencari formula doa yang didengar dan dikabulkan oleh Tuhan, agar hasratnya dipenuhi; mereka melakukan apa saja yang merupakan investasi agar Tuhan mengembalikannya dalam bentuk harta berlipat kali ganda. Seharusnya keinginan Tuhan lah yang menjadi keinginan kita dan bukannya sebaliknya.
Ini ironis, sebab Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa keinginan-keinginan tersebut bukan berasal dari Bapa, melainkan dari dunia yang sedang lenyap dengan keinginannya. Keinginan-keinginan tersebut akan membutakan mata pengertian orang, sehingga tak bisa hidup dalam pimpinan Roh Allah. Tuhan ingin kita menanggalkan keinginan-keinginan dari diri kita sendiri, dan menggantikannya dengan kehendak Allah, keinginan yang berasal dari Allah. Semakin kita berusaha mengenal-Nya melalui kebenaran Firman, semakin dalam kita mengerti pimpinan Roh Allah dalam hidup kita.

Apabila kita dipimpin oleh Roh Allah, kita adalah anak-anak Allah (Rm. 8:14).Tetapi Alkitab mengatakan bahwa tidak mudah kita disahkan sebagai anak-anak Allah. Memang kita diberi hak istimewa (ἐξουσία, eksusía) supaya bisa menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12–13), tetapi apabila kita tidak memanfaatkan hak-hak istimewa tersebut, kita tidak pernah disebut anak-anak Allah. Hak-hak istimewa itu adalah pendampingan Roh Kudus, Firman Tuhan, penggarapan Tuhan dalam segala peristiwa kehidupan, dan jaminan pemeliharaan Tuhan yang sempurna.

Terus mengasihi dunia dan mengembangkan keinginan-keinginan duniawi merupakan tindakan yang menyia-nyiakan hak istimewa dari Tuhan. Dunia mengajak manusia membangun Firdaus di bumi ini, tetapi Tuhan menyediakan Firdaus di langit dan bumi baru. Orang yang mengumbar keinginan duniawi tidak mungkin menjadi sahabat Allah. Jadi jelas bahwa orang yang tidak mau menanggalkan keinginan dunianya bukanlah umat kerajaan Surga, melainkan umat kerajaan dunia yang dipersiapkan Iblis untuk tinggal bersamanya dalam kegelapan abadi.

Kalau kita tidak memutuskan untuk segera keluar dari cara hidup yang salah itu, sampai mati pun kita tidak akan pernah memahami bagaimana hidup dipimpin oleh Roh Allah, sebab Roh Allahlah yang memimpin kita melakukan kehendak-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari. Jadi marilah kita matikan keinginan dari diri kita, dan menyediakan diri kita untuk dipimpin oleh Roh-Nya melalui pemahaman kebenaran Firman-Nya yang murni. Maka kita pun akan semakin mengerti kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Rm. 12:2).
Menanggalkan keinginan duniawi adalah keharusan supaya kita dapat hidup dalam pimpinan Roh Allah.

You will Face Problems, but There's Good News!

"These things I have spoken unto you, that in me ye might have peace. In the world ye shall have tribulation: but be of good cheer; I have overcome the world."John 16:33

   In this world we will face all kinds of obstacles, trials and tribulations and we should be wary of any doctrines or teachings that say we shouldn’t have to face these things. Why? Because the Lord said we will have tribulations. So the encouragement He is giving is simply this: You’re going to face trials, but GOD is greater than any problem you will face in this world!
   As problems present themselves, we should face them in the power of God and overcome them with Him -– because every problem is an opportunity to exhibit the love and power of God in our lives. And it’s often through these situations that the world gets our true testimony as believers in Him!
   So, lift up your head, and don’t expect “no obstacles” in this life. Continue looking up, and be filled with His joy, because the Lord has already overcome this world and our problems, and we will experience that when we simply give them over to Him!

Janji Baik Allah




“Terpujilah Tuhan… dari segala yang baik, yang adalah dijanjikan-Nya… tidak ada satupun yang tidak terpenuhi.” – 1 Raja- Raja 8:56
Ketika kita membeli sesuatu yang nilainya tinggi, misalnya sebuah rumah, biasanya kita diminta untuk memberikan uang muka sebagai tanda kesungguhan dan janji bahwa kita berniat serius. Uang muka itu adalah bentuk dari asuransi, sebuah jaminan yang menambah makna dai perkataan kita. Allah telah membuat sejumlah janji yang luar biasa untuk kita—janji-janji yang mengguncangkan imajinasi kita. Ia telah berjanji bahwa kita dapat memiliki hubungan dengan-Nya melalui Putra-Nya. Ia telah berjanji tidak akan pernah meninggalkan atau mengabaikan kita dan selalu bersama kita selamanya. Ia telah berjanji membawa kita ke surga bila kita mati. Alkitab penuh dengan janji-janji Allah. Seseorang mungkin berkata, “Apa jaminannya bahwa Allah serius? Bagaimana kita tahu janji-janji-Nya dapat dipercaya?” Uang muka Allah adalah investasi paling berharga yang dapat dibuat oleh siapapun juga: Putra-Nya, yang melalui kematian dan kebangkitan-Nya membeli keselamatan kita selengkapnya dan seutuhnya. Yesus Kristus bukan saja “uang muka” yang cukup untuk janji-janji Allah, sebenarnya, Ia adalah bayaran yang lunas!

April 23, 2011

God Never Makes Mistakes

"Most gladly therefore will I rather glory in my infirmities, that the power of Christ may rest upon me."
2 Corinthians 12:9 

God is especially close to us when we are lying on a sickbed. 
God will make the bed soft and will freshen it with His presence and with His tender care. 
He makes the bed comfortable and wipes away our tears. 
He ministers to us with special tenderness at such a time and reveals His great love for us. 
Tell me why the gardener trims and prunes his rosebushes, sometimes cutting away productive branches, and I will tell you why God’s people are afflicted. 
God’s hand never slips. 
He never makes a mistake. 
His every move is for our own good and for our ultimate good. 
Oftentimes He must deform us and mutilate our own image. 
Deformity sometimes precedes conformity.

April 22, 2011

Jangan Takut Melangkah Bersama Yesus


Dibalik semua peristiwa dalam kehidupan ini pasti ada maknanya. Pemaknaan ini hanya bisa dimengerti bila manusia mau belajar dari peristiwa itu sendiri, karena dalam setiap peristiwa ada proses pendidikan di dalamnya yang sedang menuntun kita ke dalam kedewasaan. Baik kedewasaan iman atau kedewasaan berpikir. Kedewasaan ini juga yang akan menuntun manusia untuk siap menghadapi kehidupan ini. 
   Belajar dari rangkaian peristiwa sepanjang pelayananNya itulah yang ingin Yesus sampaikan kepada para muridNya. Yesus sadar, bahwa perjalananNya ke Yerusalem dalam rangka memperingati paskah akan berakhir dengan penderitaan. Karena ada tradisi ke Yahudian bahwa pada saat paskah akan diadakan pengampunan bagi para penjahat dan pembebasan bagi yang mendapat pengampunan. Bagi Yesus, perayaan paskah akan menjadi tempat penghinaan dan pegadilan bagi diriNya. Karena Yesus tahu, sepanjang pelayananNya banyak orang yang kecewa, terpojok dan dianggap sebagai penyesat tapi sekaligus di balik itu, banyak orang yang gembira dan mempunyai hidup baru, yakni pertobatan. Bagi mereka yang kecewa, terpojok, dan tersudut karena kebenaran Allah, mereka inilah yang akan menyudutkan Yesus di depan banyak orang. 
   Sebagai pengikut Kristus, kita tahu konsekuensi logis dari ketaatan kita terhadap Yesus. Dunia pasti membenci, karena keinginannya untuk menguasai umat Tuhan tidak tercapai. Tetapi umat Tuhan akan belajar bagaimana iman menjawab dalam setiap peristiwa, karena di dalamnya kita bertemu dengan Tuhan sang guru. 

April 21, 2011

I recognize!

I recognize by faith that God is worthy of all honor, praise, and worship as the Creator and Sustainer and End of all things. As my Creator I confess that God made me for Himself. In this day I therefore choose to live for Him 

I recognize by faith that since I have received Christ as my Lord and Savior, I believe God's Word that He has received me, adopted me into His family whereby He has assumed every responsibility for me.

My body is a temple for the Holy Spirit, redeemed, cleansed, healed, delivered, and sanctified by the Blood of Jesus Christ.

My members, the parts of my body, are instruments of righteousness, yielded to God for His service and for His glory.

Satan has no place in me, no power over me, no unsettled claims against me. All has been settled by the Blood of Jesus Christ.

I have overcome Satan by the Blood of the Lamb and by the word of my testimony, and I love not my life unto the death. (I crucify my flesh, my self, my ego, my way, etc.) My body is for the Lord and the Lord is for my body.

Through the blood of the Lord Jesus Christ, I am redeemed out of the hand of satan.

Through the blood of the Lord Jesus Christ, all my sins are forgiven.

The blood of the Lord Jesus Christ, God's son, continually cleanses me from all sin.

Through the blood of the Lord Jesus Christ, I am justified, made righteous, just as if I'd never sinned.

Through the blood of the Lord Jesus Christ, I am sanctified, made holy, set apart unto God.

The blood of the Lord Jesus Christ cleanses my conscience from dead works to serve the Living God.

Blessed be the God and Father of our Lord Jesus Christ, who hath blessed us with all spiritual blessings in heavenly places in Christ Jesus.

I confess with my mouth and I believe in my heart that God has raised Jesus Christ from the dead and that He (Jesus Christ) is Lord.

"No weapon formed against me shall prosper, and every tongue which rises against me in judgment You shall condemn. This is the heritage of the servants of the LORD, and their righteousness is from Me," Says the LORD.

I am crucified with Christ: nevertheless I live; yet not I, but Christ liveth in me: and the life which I now live in the flesh I live by the faith of the Son of God, who loved me, and gave Himself for me.

I am washed, sanctified and justified in the Name of the Lord Jesus Christ and by the Spirit of God. 

Hidupku Adalah Alat Untuk Tuhan


   Seperti padi yang sudah menguning dan membutuhkan penuai, demikianlah ladang Tuhan yang membutuhkan pekerja. Oleh karena itu Yesus memerlukan banyak orang untuk pergi memberitakan kabar baik. Ia mengutus murid-muridNya untuk memberitakan kerajaan Allah telah tiba. Sifat pelayananNya begitu mendesak dan penuh bahaya maka mereka harus waspada. Yesus memberikan petunjuk dan tugas yang jelas, yaitu menyembuhkan orang sakit dan memberitakan kerajaan Allah. 
   Orang yang punya tujuan pasti akan memikirkan bagaimana cara untuk mencapai tujuan itu dalam waktu tertentu. Dengan demikian, menysun strategi adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan. Yesus tahu bahwa waktu kematianNya tidak akan lama lagi, sementara masih banyak tempat yang belum pernah Ia kunjungi dan masih banyak orang yang belum pernah mendengar firmanNya. Itulah yang melatarblakangi Yesus mengutus murid untuk membantu pelayaanNya. 
   Pernahkah kita memikirkan tujuan hidup kita di dunia ini? Manusia memiliki tujuan hidup untuk memuliakan Tuhan dalam segala aspek dan mejadikan  Tuhan sebagai pusat hidup sehingga orang di sekitar mengenal Tuhan melalui dirinya. Coba kita bayangkan berapa banyak orang di sekitar kita yang belum mengenal Tuhan, apalagi mendengar kabar baik tentang Dia? Rindukah anda jika Tuhan mau memakai hidup anda menjadi alat untuk mencapai tujuanNya? 

April 20, 2011

Obedient To God


It is impossible for one to truly serve God if his heart does not obey Him. It really doesn't matter how active we may be in religious activities. What matters is how OBEDIENT we are to Him, for it is our obedience and the one we obey that determines the one we serve in reality.  We need to draw near to God, so that He draw near to us. We cannot serve Him from distance, without knowing Him. We can serve only the one we obey and to whom we subject ourselves. 
The same mind that was in Christ Jesus should also be in us. What was this mind? It was the mind of obedience; the mind that, obeying God, didn’t deny even the death of the cross is the command. The mind of Jesus Christ, the mind of obedience, was «NOT AS I WILL, BUT AS YOU WILL». This is the mind that the Word of God tells us to have. Not as we will, but as God wills. It is easy to be obedient when everything is going our way. When God gives us what our heart desires, we receive it with great gladness. However, what do we do when this does not happen? How do we react when the plans of the Lord seem to divert from our own plans? Here is the difference between the obedient and the disobedient. In happiness, they both will react the same. It is not happiness that causes the people of the second category of the parable of the good sewer to fall. In contrast, as Jesus said, «they receive the Word WITH JOY» (Luke 8:13). Yet, this doesn't last. In the first tribulation, they fall away (Matthew 13:21, Luke 8:13). When a choice of the Lord is not what he would like, the disobedient will run away, while the obedient will stay, saying: «if it is possible ..... nevertheless, not as I will but as you will».
All that God wants from us is to do justly, to love mercy and to walk humbly with Him. To humble ourselves under His mighty hand so that He may exalt us in due time (I Peter 5:6). Disobedience, either in the form of doing what the Lord has not said or not doing what the Lord has said, is action separately from God. It doesn't matter what we do, or the intentions we may have. What matters are whether what is done comes out of obedience to Him.

Terimalah Roh Kudus


Ada tujuan dalam setiap penampakan diri Yesus sesudah bangkit. Tujuannya bukan untuk menakit-nakuti para murid. Meski dikatakan bahwa para murid takut, tetapi tujuan penampakan Yesus kepada muridNya adalah:
1.     Meyakinkan bahwa Yesus sungguh-sungguh hidup kembali
Ia bukan Tuhan yang mati; tetapi Tuhan yang hidup. Karena Dia hidup kembali maka kita mempunyai masa depan yang pasti, jika kita sungguh beriman kepadaNya.
2.     Mempunyai hikmat akan Firman Tuhan
Untuk membikka akal pikiran mereka agar mengerti firman Tuhan dalam Kitab Suci; bahwa semua yang Yesus alami, khusus kematian dan kebangkitanNya, adalah untuk menggenapkan firman Tuhan yang disampaikan Musa dan para nabi lainnya.
3.     Memberi tugas pada murid-muridNya untuk bersaksi
Isi kesaksian adalah berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa. Para murid sebagai saksi dari setiap peristiwa Yesus harus menyampaikan berita itu kepada seluruh bangsa, termasuk bangsa Yahudi. Karena itu, harus mulai dari Yerusalem. Berita itu akan mengubah setiap orang yang mendengar dan mempunyai iman dan berharap kepada Yesus.

Ada banyak sebab yang membuat kita tidak bisa mengerti firman Tuhan yang kita dengar. Pikiran kita seolah tertutup. Kita perlu roh kudus untuk membantu kita dalam segala sesuatu. Roh Kudus adalah penolong yang diberikan Yesus pada saat Ia meninggalkan kita dan naik ke surga. Tugas kita sekarang adalah menjadi saksi Kristus yang sejati. Bersyukur karena kita dilayakkan menjadi saksi Tuhan Yesus.

April 17, 2011

Christ's Witness In Action


Acts 1:8
 "But you will receive power when the Holy Spirit comes on you; and you will be my witnesses in Jerusalem, and in all Judea and Samaria, and to the ends of the earth."

  Never undervalue your importance. The only contact others have with the peace and love of God may be through you. The simplest smile, the smallest gesture, and the smallest touch of the hand can often mean so much. These gestures often turn a life of darkness into a life full of God's light and love. So many lives are caught up in the darkness! Persons in darkness need you. They desperately need you to show them the love and peace only Christ can bring. 
  Many people are mired down in the darkness of pain, suffering, or sin. People caught up in the darkness or caught up by the darkness display acts of silent desperation seen as a frown, a deep sigh, or a verbal disdain of God's love. Wherever you go, whatever you do, at any time or place, inspire people and others to look up to Christ Jesus. 
  We all have a vital part to play in our world. We all need to love each other because we need each other. We cannot do all things by ourselves. We cannot be all things by ourselves. If we are honest, we must admit the value of others in our life is immeasurable. Lift others up, comfort them, and give your all to them.

HadiratMu


HadiratMu ku rindukan
HadiratMu ku inginkan
Lebih dari segalanya
Lebih dari hidupku

HadiratMu menyembuhkan
HadiratMu menguatkan
Di dalam-Mu kutemukan pengharapan baru
HadiratMu membebaskan dan memulihkan

Aku tak akan kekurangan
Semua t’lah Kau sediakan
Tuhan curahkan HadiratMu
Jangan lepaskan dekapanMu

Sungguh kuperlu jamahanMu
Karena dalam hadiratNya ada sukacita
Karena dalam hadiratNya ada kesembuhan
Karena dalam hadiratNya kurasakan damai
Set your sights high, the higher the better.
 Expect the most wonderful things to happen, not in the future but right now. 
Realize that nothing is too good. 
Allow absolutely nothing to hamper you or hold you up in any way.

Akuilah Kesalahanmu dan Bertobatlah

Semua orang mau diberkati dan dipuaskan oleh Tuhan. Namun untuk itu, ia harus hidup sesuai dengan jalan Tuhan. Seperti halnya perempuan Samaria itu, Yesus menawaekan “air hidup” untuk keselamatan jiwanya. Perempuan itu serius memintanya. Dalam hal menerima rahmat dan kasih karunia Kristus, kita harus serius memintanya. Kita tidak dapat memintanya hanya dengan setengah hati atau hanya untuk coba-coba.
Namun perhatikan, bahwa sebelum Tuhan menjawab permintaan kita, Ia menghendaki adanya pengakuan yang tulus akan dosa-dosa kita di hadapan-Nya. Terkadang kita berpikir, Tuhan tidak mengetahui kita sebenarnya. Tuhan tahu lima laki-laki yang ada dalam hidup perempuan Samaria itu. Kalau kita tahu, bahwa Tuhan mengenal persis siapa kita sebenarnya, mengapa kita harus menutup kesalahan, aib dan dosa-dosa kita di hadapan Tuhan Yesus? 
Betapa bodohnya kita bila kita terus menyembunyikan dosa-dosa kita tanpa mau datang tersungkur atau mengakuinya di hadapan Allah. Sementara Allah telah menyediakan anugerah dan pengampunan-Nya bagi kita. Ingat, Allah tahu siapa kita dan apa yang kita perbuat. Mari, bertobatlah!


Going in Loneliness Alone


Reading: 2 Chronicles 34:1-7, 29-33
Key Verse: 2 Chronicles 34:3
Did you ever think a king could be lonely? I think Josiah was alone in his faith as he began sweeping reforms in a nation that had forgotten about God. Josiah did what was pleasing in the Lord’s sigh and didn’t turn aside from doing what was right. He was eight years old when he came to the throne and sixteen when he began to seek God. Josiah is painted as one of the finest of all kings. “Never before had there been a king like Josiah, who turned to the Lord with all his heart and soul and strength, obeying all the laws of Moses. And there has never been a king like him since” (2 Kings 23:25). Josiah’s Judah didn’t follow their king’s lead with such enthusiasm. In fact, Josiah had to require the people to obey the term of God’s law as read in the newly discovered Book of the Covenant. Yet Josiah knew how the kingdom needed to go and he did what had to be done, whether the people enthusiastically followed or not. So how do you do it alone? How do you try to make a difference for God when everyone else is complacent? You take responsibility for yourself. You seek to please the Lord. You live openly and with integrity. Josiah’s spirituality and disciplined life meant going it alone. Will you go it alone if necessary? God will go with you if you do. 

April 12, 2011

Perbuatan Dan Buah Iman

Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpsi, sekalipun di antara orang Isarel!” – Lukas 7:9
Ayat di atas menggambarkan sebuah iman seorang perwira di Kapernaum yang pada saat itu merupakan perjumpaan yang pertama dengan Yesus. Yesus sendiri sangat heran melihat orang ini. Yesus tidak pernah menjumpai iman seperti ini pada bangsa Yahudi atau di Israel. Tetapi perwira Kapernaum itu menunjukkan bahwa iman bukan lahir dari seberapa lama kita menjadi pengikut Krsitus. Iman tidak dapat disamakan dengan kenaikan golongan atau pangkat yang naik secara otomatis setiap beberapa tahun sekali. Kita akan melihat perbuatan iman dari perwira tersebut:
     1.     Iman merupakan dasar keputusan manusia.
Keputusan manusia sangat ditentukan oleh imannya. Perwira Kapernaum ini bukanlah seorang pengikut Yesus. Tetapi waktu perwira yang dikasihinya itu sakit, dia mengambil keputusan untuk beriman kepada Yesus. Dalam II Kor.5:7, Paulus menjelaskan bagaimana sesorang mengambil keputusan bukan berdasarkan apa yang dilihatnya tetapi berdasarkan iman.

2.       Karena iman membuat seseorang berkenan kepada Tuhan.
Banyak orang berpikir bahwa akibat perbuatanlah maka Tuhan berkenan kepada kita. Dalam Ibrani 11:6, menyatakan bahwa hanya dengan imanlah orang berkenan kepada Tuhan. Itulah sebabnya, Yesus berkata: “Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Luk. 18:8)

3.       Iman membawa kekuatan untuk berharap.
Sebagai manusia yang masih hidup dalam kedagingan kadang-kadang tawaran dunia ini begitu menggiurkan. Akan tetapi dengan iman yang kita miliki akan tetap kuat dalam iman dan pengharapan yang dianugerahkan oleh Roh Kudus. Sehingga apapun yang dunia boleh tawarkan kita dapat tetap kuat di dalam iman kita kepada Yesus Kristus.
Melalui iman kita melihat mujizat, melalui iman kita berkenan dihadapan Allah. Melalui iman, Allah memuji kita. Itulah buah dari iman.

The Crucifixion


They placed the cross upon His back
Yet, no one seemed to care
The weight across His shoulders
Seemed more than He could bear.

The spikes were driven in His hands
And pounded through His feet
The ones who had convicted Him
Were cheering in the street.
     
The crown of thorns placed on His head
Brought blood upon His brow
The day of prophecy had come
He had to face it now.
          
The sins of man were laid to rest
He bore a heavy loss
The agony He must have felt
As He hung there on the cross.

The innocent blood of Jesus Christ
Was shed for all to see
The Son of God was crucified
And died for you and me.

April 03, 2011

Jesus At The Center

Read Zechariah 12: 10-14
Have you heard of the “Christocentric Principle” of biblical understanding? Simply put, it means that’s everything we know about God, angels, Satan, human hopes, the whole universe is best  understood when He is at center. Recently, I discovered that one of the less familiar Old Testament books, Zechariah, is one of the most Christocentric. This book is a good example because it speaks of Christ’s humanity (6:12), His humilty (9:9), His betrayal (11:12), His deity (12:8), His crucifixion (12:10), His return (14:4), and His future reign (14:8-10). One especially meaningful passage is Zechariah 12:10, which says, “Then they will look on Me whom they pierced.” The piercing refers to Israel’s historic rejection of Jesus as Messiah resulting in His crucifixion. But this verse also predicts a future generation of Jews who will accept Him as their Messiah. At the second coming of Jesus, a remnant of Israel will recognize the crucified One and turn Him in faith.                                                                                                              The marvelous book should encourage us to look for more Christ-centered truths-both in other parts of the Bible and live in all of life. Keep Jesus in the middle of everything. Live a Christocentric life                                                                                                

God’s Love Through Me

Read: 1 Corinthians 13.
During a devotional session at a conference, our leader asked us to read aloud 1 Corinthians 13:4-8, and substitute the word “Jesus” for “love”. It seemed so natural to say, “Jesus suffers long and is kind; Jesus does not envy; Jesus does not parade Himself, is not puffed up; does not behave rudely, does not seek His own…. Jesus never fails.” Then our leader said, “Read the passage aloud and say your name instead of Jesus.” We laughed nervously at the suggestion. “I want you to begin now,” the leader said. Quietly, haltingly I said the words that felt so untrue: “Niena does not seek his own, is not provoked, thinks no evil; does not rejoice in iniquity, but rejoices in the truth; bears all things, endures all things, believes all things, hopes all things, endures all things. Niena never fails.” The exercise caused me to ask, “How am I hindering God from expressing His love through me?” Do I think that other expressions of faith are more important? Paul declared that from God’s perspective, eloquent speech, deep spiritual understanding, lavish generosity, and self-sacrifice are worthless when not accompanied by love. God longs to express His great heart of love for others through us. Will we allow him to do it?