September 10, 2011

Semangat untuk Bersiap-siaga


Karena Anak Manusia dating bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” – Markus 10:45


Allah tidak pernah menganggap enteng penyucian kita, tetapi Ia selalu mengujinya. Ia akan berdiri antara kita dan orang atau hal-hal yang kita cintai, sampai kita bisa melepaskannya dengan rela. “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak,” perintah Allah kepada Abraham (Kej. 22:2). Allah menuntut hal-hal yang kita kasihi  - “Ishak milik kita” – sesering mungkin untuk mengubahnya menjadi sesuatu yang dapat dikorbankan. Allah tidak pernah menguji kita mengenai sesuatu yang kita benci. Namun sesuatu yang kita cinai dengan mudah menyimpangkan kita dari mematuhi kehendak-Nya.                                                                                                 
    Penyucian selalu membutuhkan semangat kesiapsiagaan. Pelita kita hendaknya selalu dipersiapkan sebaik-baiknya dan selalu menyala (Mat. 25: 1-13). Dengan mempersiapkan diri, kita mempersiapkan jalan Tuhan yang ingin sekali turun tangan dengan penuh pengampunan dalam setiap keadaan yang dialami manusia. Penyucian kita yang siap siaga berperan sebagai penangkal petir yang kokoh terpancang di tanah yang siap menerima kilatan kuasa Allah dan menyalurkannya bagi keperluan hidup orang lain.                                  
  Sebuah penyucian bukanlah urusan batin dan subjektif kita sehingga bertanya, “Apakah aku semakin suci setiap hari?” Sebaliknya, penyucian adalah hal yang terlihat dari luar, yang berkaitan dengan kesejahteraan rohani orang lain dan menimbulkan pertanyaan, “Bagaimana caraku menyampaikan kuasa dan kasih Bapa kepada mereka?’ Penyucian Yesus adalah surat cinta terbesar Allah bagi dunia. Aku disucikan dengan sempurna apabila aku menjadi salinan yang baik dari surat cinta itu.