Salahkah bila seorang murid Tuhan merindukan “keinginan hatinya” terwujud? Saya percaya apabila seorang bergembira di dalam Allah, maka Tuhan akan membuka mata rohaninya kepada “penglihatan-penghlihatan” dan “mimpi-mimpi” yang tidak mungkin dialaminya dalam keadaan biasa. Keinginan tidak ditanamkan Tuhan dalam diri seseorang untuk mengecewakan dia. Seorang murid tidak dapat mewujudkan keinginan hatinya sendiri hanya ketika ia mengejarnya dengan usaha sendiri. Allah mempunyai rencana bagi setiap anak-Nya, jauh melebihi apa yang dapat mereka bayangkan. Rencana itu adalah rencana damai sejahtera dan pengharapan, bukan kecelakaan. Keinginan manusia berasal dari dalam dirinya sendiri, sedangkan keinginan Allah untuk seseorang dating dari luar dirinya. Keinginan Allah itu ditanamkan dalam dirinya melalui hubungannya yang baru dengan Allah, tetapi dengan cara itu orang percaya diyakinkan bahwa keinginannya akan menjadi miliknya.
Siapa yang dapat mengatakan tidak jika Allah mengatakan ya, dan siapa dapat menolak mimpi jika Allah mengatakan ya, dan siapa dapat menolka mimpi jika Allah memutuskan hal itu akan terjadi? “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelaaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yer.29:11)