Juli 30, 2011

Christ is Our Comforter


". . . realize that your heavenly Father will . . . give the Holy Spirit to those who ask for him."
–Luke 11:13 
Before He left His disciples, Christ promised that He would send a Comforter to help them in the trials, cares, and temptations of life. This word comforter means “one that helps alongside.” He is the Holy Spirit, the powerful Third Person of the Trinity. The moment you are born again, He takes up residence in your heart. You may not emotionally feel Him there, but you must exercise faith. Believe it! Accept it as a fact of faith! He is in your heart to help you. We are told that He sheds the love of God abroad in our hearts. He produces the fruit of the Spirit: “love, joy, peace, long-suffering, gentleness, goodness, faith, meekness, temperance.” We cannot possibly manufacture this fruit in our own strength. It is supernaturally manufactured by the Holy Spirit who lives in our hearts!

God Knows the Heart


     Against the backdrop of this awful judgment is a verse that reveals God's protection of His own: "Only in the land of Goshen, where the children of Israel were, was there no hail" (Ex. 9:26). Goshen was part of Egypt, but God controlled the circumstances so that the Israelites were untouched by the judgment that Egypt experienced.
      Notice what Pharaoh's response was to this awful judgment: Although Pharaoh seemed to be conscious of his wickedness before God, it was only a feigned confession made in order to escape judgment.Moses was not fooled by Pharaoh's false confession. God had given Moses insight so he knew what was in Pharaoh's heart and was not fooled in any way.
This reveals how hardened Pharaoh really was; it did not bother him even to fake a confession of sin to God. But God knows what is in each person's heart, and He was not deceived for one minute.
    God had showered His mercies on Pharaoh, but Pharaoh had refused to respond positively in any way. So in the remaining plagues God further hardened Pharaoh's heart so as to fulfill His plan of total revelation of Himself as absolutely sovereign.
"Shall not God search this out? for he knoweth the secrets of the heart" (Ps. 44:21).

Juli 28, 2011

Diisi dan Dimurnikan


“Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan ALLAH “.  Efesus 3 : 19b

      Dapatkah Saudara membayangkan, sebuah bejana yang baru selesai dibentuk tetapi belum melalui proses pembakaran, kemudian diisi air ?.  Pastilah air akan merembes keluar dan jika diteruskan bejana tersebut akan hancur dan tidak dapat dipakai lagi.
Lain halnya jika bejana yang baru selesai dibentuk itu telah mengalami proses pembakaran, maka ia akan siap diisi dengan segala sesuatu yang berguna.
    Demikian juga dengan Hidup kita, jika kita sudah melewati proses Pembentukan dan proses Pemurnian melalui Pencobaan/Ujian, maka kita pun akan menjadi bejana yang siap diisi dan dipenuhi oleh segala Kepenuhan ALLAH dalam KRISTUS YESUS TUHAN kita.  Tetapi jika kita Belum mengalami proses pemurnian, maka hal tersebut akan Menghalangi proses pemenuhan ALLAH dalam diri kita akan segala Kepenuhan ALLAH (Kasih, Kuasa, Berkat, Kemuliaan) dalam kehidupan kita.
     Bagaimana caranya agar kita dapat dipenuhi dengan segala Kepenuhan ALLAH dalam KRISTUS YESUS ?. Ayat bacaan di atas menjelaskan Langkah-langkahnya : 
Kita harus tetap hidup di dalam Dia (ayat 6b), sebab di luar KRISTUS kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15 : 5b)
2.     Berakar di dalam Dia (ayat 7)
3.     Dibangun di atas Dia (ayat 7)
4.     Bertambah teguh dalam Iman (ayat 7)
5.     Hati yang melimpah dengan ucapan syukur (ayat 7)
6.     Jangan biarkan bejana kita terisi dengan segala yang tidak berasal dari Tuhan (ayat 8)
      Karena itu, marilah kita tetap menjaga Kemurnian Hati kita melalui langkah-langkah di atas agar kita senantiasa diisi dan dipenuhi dengan segala kepenuhan ALLAH dan selanjutnya dapat disalurkan bagi orang lain.  Hanya di dalam Dia berdiam seluruh Kepenuhan ALLAH.  Dan biarlah kiranya ALLAH memenuhi kita dengan sukacita dan damai sejahtera dalam iman, supaya oleh ROH KUDUS kita berlimpah-limpah dalam pengharapan (Roma 15 : 13) dan kiranya ALLAH memenuhi kita di dalam seluruh Kepenuhan ALLAH (Efesus 3 : 19).

Serupa dengan Dunia


“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,...... sehingga kamu daoat membedakan manakah kehendak ALLAH; apa yang baik,...”.   Roma 12 : 2

Kemajuan teknologi dan perkembangan zaman telah mempengaruhi anak-anak TUHAN dalam banyak hal sehingga kasih kepada TUHAN semakin berkurang dan menjadi tawar.  Sikap hidup dan pola pikir yang serupa dengan dunia menyebabkan banyak anak TUHAN yang tidak lagi bergantung sepenuhnya pada TUHAN tetapi mengandalkan kekuatannya sendiri dalam bertindak.  
   Merasa mampu untuk melakukan segala sesuatu, merasa mampu untuk menanggung segala sesuatu yang menyebabkan takut dan hormat kepada TUHAN sudah tidak ada lagi.
Dalam nats Firman Tuhan tersebut diatas, kita kembali diingatkan bahwa untuk tidak boleh sama dengan dunia ini.  Kita harus berubah dengan cara Membaharui pikiran Kita.  TUHAN katakan, “Kamu adalah Garam dunia”.  Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?  Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.  Kamu adalah terang dunia.  Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersebunyi (Matius 5 : 13-14), bahwa Kita adalah Garam dan Terang Dunia.
   Kitalah yang seharusnya mempengaruhi dunia dan bukan sebaliknya, dunia yang mepengaruhi kita.  Bagaimana kita dapat berbeda dengan dunia ?. Bagaimana kita mampu menjadi berkat buat banyak orang sehingga melalui kita, banyak orang akan mengenal TUHAN ?.  Mulailah untuk memperbaharui cara berfikir kita, yaitu dengan memiliki pola pikiran seperti KRISTUS.  Seperti apa Pikiran KRISTUS?
Secara mendasar adalah Perkara-perkara yang berkaitan dengan Kehendak ALLAH, yaitu FirmanNYA yang Hidup dan Berkuasa.
   Perkara-perkara ALLAH, Kehendak ALLAH, Pribadi ALLAH, dan Rencana-rencana ALLAH untuk setiap Pribadi kita.  Bagaimana caranya kita memikirkan perkara yang di atas ?  Salah satunya adalah, banyak meluangkan waktu untuk mengenal Kebenaran Firman ALLAH melalui ALKITAB.  Kita akan banyak menemui “perkara-perkara diatas” dalam Alkitab, yang memampukan kita untuk memiliki pikiran KRISTUS, sehingga kita tidak akan serupa dengan dunia ini.  Melainkan, kita mampu Berubah dan Mempengaruhi Dunia, serta mampu Menjadi Berkat.
    Pada akhirnya kita akan mampu untuk membedakan kehendak ALLAH; apa yang baik yang berkenan kepada ALLAH dan yang sempurna.  Jangan terjebak dengan kepentingan dunia ini dan segala macam trik, bujuk dan rayu setan (Filipi 4 : 8). 

Hubungan Allah dengan Manusia

KEJADIAN 1 : 1 “Pada mulanya ALLAH menciptakan Langit dan Bumi”

YOHANES 1 : 1-3  “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan ALLAH dan Firman itu adalah ALLAH”.  “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala sesuatu yang telah dijadikan”.  Bandingkan dengan Kolose 1 : 15-20.

Yakobus 1 : 17 ALLAH adalah Sumber  “setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna” (Bandingkan Matius 5 : 43-45).

Kejatuhan Manusia dalam Dosa dan tindakan Penyelamatan Manusia oleh ALLAH  :
~* Kejadian 3 : 15 ; Yohanes 3 : 16 (Inti  INJIL) ; Roma 3 : 23-25)
~* Efesus 2 : 8-10 ,  KASIH KARUNIA  dan  IMAN
ALLAH suka memberi  bahkan IA adalah Pemberi terbesar, Putra Tunggal-Nya adalah pemberian-Nya yang terbesar.
Alam Semesta diciptakan-Nya agar dinikmati oleh semua Makhluk yang hidup.  Alam Semesta menyatakan kebesaran dan kemuliaan-Nya, Roma 1 : 20.

ALLAH Mahakaya dakam Kasih Karunia-Nya, Mahakaya untuk memberi.
Semua itu dilimpahkankepada TUHAN YESUS,  “yang telah IA tetapkan sebagai yang berhak (Ahli Waris)segala yang ada.  Oleh Dia ALLAH telah menjadikan alam semesta”, Ibrani 1 : 2 (Bandingkan Efesus 1 : 3-4).

Dan melalui TUHAN YESUS kepada Manusia, agar Manusia berada di dalam KRISTUS dan menjadi “Ahli Waris bersama dengan KRISTUS”, Roma 8 : 17 = Synkleronomoi de KRISTOU (Yunani).
BAPA SURGAWI KITA adalah BAPA yang Mahamurah dalam Kasih-Nya.
Sebagai anak-anak BAPA SURGAWI, maka seharusnya kita mempraktekkan perintah TUHAN YESUS “Hendaklah kamu murah hati sama seperti BAPAmu adalah murah hati”, Lukas 6 : 36.

Kita yang sudah menerima Kelimpahan Kasih Karunia ALLAH dan Kemurahan Hati-Nya di dalam TUHAN kita YESUS KRISTUS adalah wajar jika kita juga mengembangkan sikap hati  “lebih berbahagia memberi dari pada menerima," Kisah Para Rasul 20 : 35.
   

Hubungan Allah dengan Anak-AnakNya




Kasih Karunia dari ALLAH + Iman sama dengan BERKENAN kepada ALLAH  (Efesus 2 : 8-9 ;              Ibrani 11: 6).

Selanjutnya, kita harus terus Bertumbuh dalam Kasih Karunia dari ALLAH + Bertumbuh dalam Mengenal TUHAN YESUS sama dengan KITA akan HIDUP dan BERKUASA  (Roma 5 : 17).

2 Korintus 5 : 7  “Sebab hidup kami adalah Hidup karena Percaya, Bukan karena Percaya, Bukan karena Melihat”.

Selama kita hidup di dunia ini, kita Hidup dan Berjalan bersama TUHAN YESUS dengan dan berdasarkan Iman, bukan dengan dan berdasarkan Penglihatan/apa yang Kelihatan  (1 Petrus 1 :      8-9).

Pada umumnya manusia berprinsip  “lihat dulu baru percaya” (untuk hal-hal yang rasional/bisa di indera/dilihat, memang bisa saja berprinsip seperti itu). Tetapi Prinsip Alkitab : “Percaya dulu baru kemudian kita dapat melihat atau mengalaminya”  (Yohanes 20 : 29).

Definisi Iman Alkitabiah : substansi (hupostatis) sama dengan underlying reality. Iman adalah (kenyataan yang mendasar) segala sesuatu yang kita harapkan.
Iman adalah bukti/kepastian Keyakinan dari segala Sesuatu yang tidak kita Lihat.

Ibrani  11 : 3  “Karena Iman kita mengerti bahwa Alam Semesta telah dijadikan oleh Firman ALLAH, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat”.

Jadi Iman menurut Alkitab mengacu kepada Dua realita yang Kekal dan yang Tidak Kelihatan, yaitu : ALLAH  dan FIRMAN ALLAH.
Bagi ALLAH tidak ada yang mustahil, (Lukas 1 : 37) dan bagi orang yang percayapun tidak ada yang mustahil  (Markus 9 : 23 ; Matius 19 : 26).

Juli 08, 2011

The Road to Victory


Coming to Jesus is so simple, so powerful, and so life changing, yet believers are often kept from a deeper relationship with the Holy Spirit by distractions and the daily cares of this life. Nevertheless, we must daily persist in seeking the Lord's presence, because healing, restoration, and total recover are found in Him.

If we progress spiritually, we must separate ourselves unto the things of God and concentrate upon them to the exclusion of a thousand things the worldly man considers important. We must cultivate God in the solitudes and silence; we must make the kingdom of God the sphere of our activity and labor in it like a farmer in his field, like a miner in the earth.
1
The prophets longed for and never saw what we have in Christ Jesus, yet today so many Christians pass right by this deepening relationship. Moses came to the Lord and said, “I beseech thee, shew me thy glory” (Exodus 33:18). God answered Moses, “Thou canst not see my face: for there shall no man see me, and live” (33:20). The prophets longed to know God more and could not experience what you have in Christ today. We must not pass by the Lord and our very recovery, knowing that it is there but be too busy to pursue it.

The veil has been rent, and the way is open for you to boldly approach the throne of grace. The Lord said, “Come unto me, all ye that labour and are heavy laden, and I will give you rest” (Matthew 11:28). He also said, “If any man thirst, let him come unto me, and drink” (John 7:37).

Are you thirsty for the Lord’s touch and presence in your life today? Jesus is the Source who can fill you. Like Ezekiel, you must go to the house of the Lord and drink. In the Lord’s presence, you will find all you will ever need. In Christ Jesus, you are fully accepted, fully redeemed, and fully forgiven.

Menebarkan Kasih dan Sukacita


Petiklah pelajaran indah setiap hari tentang kepercayaan dan ketenangan di tengah badai. 
Di tengah penderitaan dan kesulitan apapun yang melanda, perintah-Ku kepadamu tetap sama, yakni milikilah Kasih dan Sukacita. 
Kasih dan sukacita, bukan kepasrahan yang dipenuhi kesedihan, menandai penerimaan sesungguhnya terhadap kehendak Tuhan. 
Biarkan setiap jiwa yang berjumpa dengan kita menjadi lebih tangguh dan lebih bahagia. 
Penderitaan, dosa, atau semua yang kita jumpai dalam diri sesamamu – entah itu anak-anak atau kaum muda, kaum setengah baya atau kaum lanjut usia – sikap kita harus tetap sama, yakni milikilah Kasih dan Sukacita. Jangan takut. Ingatlah bagaimana Tuhan Yesus menghadapi Iblis di padang gurun dan bagaimana Dia mengalahkan dengan “pedang Roh, yaitu firman Allah”. 
Kamu pun memiliki jawaban untuk setiap rasa takut yang ditimbulkan oleh Iblis, yakni  jawaban iman dan keyakinan di dalam Tuhan. 
Di mana pun berada, ungkapkan kata-kata iman dan keyakinanmu keras-keras. Kata-kata yang diucapkan memiliki kuasa.
Pandanglah setiap rasa takut karena penyakit atau kekhawatiran bukan sebagai kelemahanmu, melainkan sebagai suatu godaan yang sangat nyata yang harus ditumpas dan dihancurkan.

Balancing of Grace and Faith


   By definition, the word grace means unmerited, unearned, undeserved favor. Therefore, the good news is, grace has nothing to do with you. Grace existed before you ever came to be. Another way of saying it is, grace is God’s part. Faith is defined as being a positive response to what God has already provided by grace. In other words, faith is your positive response to God’s grace, or faith only appropriates what God has already provided for you. Therefore, faith is your part
    Grace and faith work together, and they must be in balance. Ephesians 2:8-9 says, “For by grace are ye saved through faith; and that not of yourselves; it is the gift of God: Not of works, lest any man should boast.” Salvation is not dependent on grace alone. If it were, everyone would be saved and going to heaven, for God’s grace is the same toward everyone (Titus 2:11). He has already brought the gift of salvation to everyone through Jesus. It is by faith that a person receives what was done 2,000 years ago. 
      Most of us believe that in order to be saved, we need to ask God to forgive us of our sins. But that isn’t what the Bible teaches. In 1 John 2:2, it states that Jesus was the atoning sacrifice for our sins, and not only for ours, but also for the sins of the whole world. Jesus didn’t just die for those He knew would accept Him; He died for every sinner who has ever lived on this earth. And He died before you or I ever committed a single sin. 
   Jesus hasn’t saved, healed, delivered, or prospered a single person in the last 2,000 years. What God has provided by grace 2,000 years ago now becomes a reality when mixed with faith. Faith appropriates what God has already provided. Faith doesn’t move God; He isn’t the one who is stuck. Faith doesn’t make God do anything. Grace and faith work together, and our part are to accept what God has already done. Grace must be balanced with faith. 
    Many emphasize grace and others emphasize faith. But too few emphasize balancing grace and faith. It’s like sodium and chloride: Taken individually, both are poisons and can kill you. When mixed together, they become salt, which you must have to live. Grace without your positive response of faith won’t save you. And faith that isn’t a response to God’s grace will bring you into condemnation. But put your faith in what God has already done for you, and you have the victory that overcomes the world (1 John 5:4).